Our Blog
- Details
- By Fakhrii Hafidz
- Hits: 2925
Bulan puasa menjadi bulan yang banyak keberkahan di dalamnya. Berkah Ramadhan dapat diraih dengan berbuat baik dan bersyukur. Bukan hanya pahala yang akan didapatkan, berbuat kebaikan dan bersyukur juga bermanfaat bagi kesehatan mental dan bisa membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Nah, sebenarnya anak juga harus mulai dilatih bersyukur sejak dini, agar perasaan dan pikirannya menjadi lebih tenang atau positif. Bersyukur dapat menjadikan anak kita lebih tenang pikirannya, bahagia, hingga memiliki hubungan yang lebih baik. Jika dibiasakan, maka manfaat dari bersyukur dapat berdampak hingga anak dewasa.
Sekarang, bagaimana sih cara mengajarkan anak untuk bersyukur dan berbuat baik? atau masihkah Anda bingung untuk membiasakannya pada anak? Yuk kita simak hal-hal yang dapat diterapkan pada si kecil
Membiasakan anak beramal
Anda bisa mulai melatih anak untuk memasukkan uang ke kotak amal. Latihan ini dapat melatih anak untuk beramal atau menyisihkan uang sebagai wujud rasa syukur. Pembelajaran yang didapatkan yaitu membiasakan anak untuk ikhlas terkait rezeki yang telah dimiliki
Memberi makan hewan
Tak harus memelihara hewan, Anda juga bisa membiasakan anak untuk berbagi dengan makan dengan hewan disekitar Anda. Ketika anak memberi makan hewan, maka kita bisa mengajarkan anak untuk berbuat kebaikan. Dengan memberikan makan, atau merawat hewan akan menumbuhkan perasaan sayang kepada makhluk lain. Hal itu dapat juga membiasakan anak untuk berbagi atau berkelakuan baik.
Memberikan hadiah
Saat Anda memberi hadiah kepada anak, maka ajarkan anak untuk bersyukur. Setelah Anda memberikan hadiah kepada anak, Anda dapat meminta anak untuk mengucapkan kalimat syukur. Anda dapat menguatkan kebiasaan mengucapkan syukur sebagai suatu kebaikan.
Meminta bantuan kepada anak
Sebagai orang tua dalam menyelesaikan tugas rumah, terkadang kita merasa kerepotan. Anda dapat meminta bantuan kepada anak, dari hal-hal yang kecil. Misalnya, Anda dapat meminta anak untuk menaruh piring bekas makan ke wastafel. Kebiasaan tersebut dapat membiasakan anak untuk menolong orang lain dimulai dari lingkungan keluarga.
Membuang sampah pada tempatnya
Pendidikan tentang lingkungan harus mulai diajarkan kepada anak. Salah satunya adalah membuang sampah pada tempatnya. Kita bisa mengajarkan ke anak bahwa membuang sampah pada tempatnya adalah perbuatan baik. Selain baik, hal tersebut juga adalah perilaku kebersihan yang membuat tubuh menjadi sehat.
Mengajarkan 3 Magic Words
Anak perlu diajarkan magic words sejak dini. Hal ini untuk membiasakan anak mengucapkan “Tolong”, “Terima Kasih”, dan “Maaf”. Kita bisa mengajarkan pada anak bersyukur, yaitu dengan mengucapkan “Terima kasih” saat diberi sesuatu. Untuk mengajarkan anak berbuat baik, kita bisa meminta anak untuk mengucapkan “Tolong” untuk meminta bantuan, dan “Maaf” setelah berbuat salah.
Nah, dari keenam cara diatas Anda bisa melatih anak untuk bersyukur dan berbuat kebaikan. Cukup sederhana bukan? Anda bisa melakukannya setiap hari secara konsisten bersama anak.
Jika Anda masih kesulitan mengajarkan anak bersyukur dan berbuat baik. Kami punya acara menarik, nih. Live instagram session Episode 3: Mengajarkan Anak Berbuat Baik dan Bersyukur. Acaranya akan diadakan pada hari Sabtu, 23 April 2022 pukul 16.00 WIB ya…
Anda akan berkesempatan untuk mendapatkan giveaway di acara juga loh. Tunggu apalagi, yuk nantikan acara kami di @sevensenselsc! (Fakhrii)
- Details
- By Fakhrii Hafidz
- Hits: 2359
Minggu (17/4), Live Instagram lanjutan diadakan oleh Seven Sense LSC. Acara ini diadakan pukul 16.00 WIB dengan dua pemateri, yaitu Anissa Rizky, M.Psi, Psikolog dan Ayu Kartika, M.Psi, Psikolog.
Tema kali ini membahas tentang cara mengajarkan anak mengelola emosi. Materi yang dibahas yaitu tahapan perkembangan sosio-emosi anak, tantangan orang tua saat mengajarkan anak mengelola emosi, tips meregulasi emosi anak, hingga cara menanggulangi emosi orang tua saat menangani anak emosi.
“Bisa dibilang berbeda, tiap perkembangan usia bisa dibilang punya tugas yang beda-beda.” ujar Ayu Kartika, M.Psi., Psikolog
Semakin dewasa anak, ia akan berangsur bisa mengungkapkan maksudnya. Akan tetapi, anak berusia 1-3 tahun cenderung masih kesulitan mengkomunikasikan maksudnya, sehingga sering kali tampak menampilkan perilaku agresif atau kita kenal dengan istilah tantrum. Begitu pula pada anak usia 2-4 tahun yang sebenarnya sudah mulai bisa meregulasi diri mereka, namun tetap butuh dampingan dan contoh orang tua untuk dapat melabel nama emosinya serta petunjuk cara mengelola diri yang sehat.
Selaras dengan Ayu, menurut Anissa saat anak masih usia bayi ia mulai membangun kepercayaan dengan orang lain. Akan tetapi, ketika orang tua tidak hadir saat anak membutuhkan sesuatu, maka anak akan terbentuk mistrust atau ketidakpercayaan. Dalam hal ini anak belajar bahwa orang tua mungkin tidak dapat diandalkan dan tidak selalu bisa “hadir” ketika anak membutuhkannya.
“Biasanya (anak) di usia 1-3 tahun orang tua seringkali melarang anak-anak untuk melakukan banyak hal.” tambahnya.
Padahal sejak bayi mereka sebaiknya diajarkan berinteraksi. Meskipun memang bentuk interaksi mereka masih berupa tangisan saat lapar atau haus. Baru kemudian seiring bertambahnya usia, mereka juga tidak hanya berinteraksi dengan orang tua saja tetapi juga mulai menjalin pertemanan dengan anak seusianya atau dikenal dengan istilah playdate. Pada momen inilah anak tidak hanya akan belajar untuk bersosialisasi, tetapi mereka juga belajar untuk meregulasi diri, seperti memahami cara berbagi atau berteman dengan orang lain, mengantre, meminta tolong, meminta maaf, dan menunda keinginannya.
Ada pula sejumlah tantangan yang dialami orang tua saat mengajarkan anak cara meregulasi emosi. Hal ini misalnya tampak ketika terkadang orang tua merasa anaknya agresif seperti marah-marah, atau orang tua yang merasa lelah mengurus anak.
Orang tua juga biasanya menyalahkan anaknya, baik saat menangis maupun marah. Bahkan mendiamkan anak saat marah, karena sudah lelah.
Dalam kondisi tersebut, ada baiknya selain memahami emosi anak, orang tua juga perlu belajar memahami kondisi emosinya sendiri termasuk kebutuhannya. Maka dari itu, ketika kita menangani anak dengan masalah emosi, kita harus memastikan emosi kita tidak sama tingginya dengan anak.
“Kita coba tenangkan diri kita dulu, ademkan dulu hati (orang tua) baru ketemu dengan anak-anak.” tambah Anissa Rizky, M.Psi., Psikolog.
Adapun cara lain yang bisa dilakukan yaitu metode STOP (Stop, Take a breath, Observe, dan Process). Awalnya bisa stop dulu, ambil jeda waktu sejenak untuk tidak langsung merespon perilaku anak. Lalu, take a deep breath atau menarik nafas dalam. Diikuti observe, yakni mencoba lebih memahami emosi yang dialami anak termasuk kondisi diri orang tua sendiri. Selanjutnya, process kita bisa memproses untuk memahami emosi diri, apakah diakibatkan anak atau hal lainnya, sehingga bisa memutuskan tindakan untuk mengatasinya.
“Selanjutnya adalah action-nya nih apa yang bisa kita lakukan. Apakah kita cukup waktu untuk bertemu anak kita” tambah Ayu Kartika, M.Psi., Psikolog.
Sebagai orang tua, saat menangani anak emosi. Kita juga perlu menanggulangi emosi diri. Orang tua bisa berdiskusi dengan keluarga, bahwa emosi sedang tidak stabil saat anak marah. Orang tua juga bisa mengelola ekspektasi, dengan memahami tahap perkembangan tiap usia berbeda-beda.
Pada momen berpuasa inilah juga bisa jadi momentum untuk mengelola amarah, dahaga, dan lapar anak, karena tidak langsung terpenuhi.
“(Anak) belajar meregulasi emosi saat berpuasa.” pungkas Ayu.
Sebenarnya masih ada lanjutan acaranya nih. Nantikan Live Instagram Session - Episode 3: Mengajarkan Anak Bersyukur dan Berbuat Kebaikan. Ikuti terus instagram kami ya, di @sevensenselsc. (Fakhrii/Ayu)
- Details
- By Fakhrii Hafidz
- Hits: 2244
Tahukah Anda seberapa penting anak untuk mengenali emosinya? Saat anak kurang bisa mengenali emosinya, akan berdampak di masa yang akan datang. Anak akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan bagaimana emosi yang ia rasakan.
Orang tua perlu membantu anak dalam mengenali emosinya, sehingga kematangan emosi anak dapat berkembang sesuai usianya. Saat anak menangis atau marah, orang tua perlu memahami dengan mendampingi anak. Bukan dengan menolak emosi yang diungkapkan anak.
Semua emosi yang diluapkan anak itu wajar. Pada masa anak-anak awal, mereka memiliki emosi yang sangat kuat. Hal tersebut mengakibatkan anak mudah meluapkan emosi mereka. Terlebih mereka luapkan saat berpuasa.
Kita juga perlu tahu apa penyebab anak mudah marah atau sedih saat berpuasa. Apalagi pada saat puasa yang harus membiasakan anak untuk bersabar. Ada anak yang sedih bahkan menangis diakibatkan oleh tidak kuat berpuasa. Ada juga yang marah-marah karena tidak boleh makan pada siang hari, misalnya.
Biasanya, anak akan teringat lapar dan haus saat merasa bosan atau senggang. Tidak adanya stimulasi mengakibatkan anak kurang berkembang. Nah, beberapa aktivitas berikut dapat Anda lakukan bersama si kecil:
- Bermain Lego
Bermain lego adalah aktivitas pertama yang dapat Anda lakukan bersama anak saat berpuasa. Aktivitas membangun lego ini dapat dijadikan sebagai sarana mengembangkan kreativitas, motorik halus, hingga problem solving. Kemampuan anak untuk mengkreasikan lego dapat mengalihkan emosi negatif yang dialami anak.
- Menggambar atau Mewarnai
Aktivitas lain yang dapat dilakukan adalah menggambar atau mewarnai. Kedua aktivitas tersebut dapat mengekspresikan kreativitas dan emosi anak. Anak juga dituntut untuk bersabar sampai gambarnya selesai.
- Role play
Role play atau bermain peran menjadi sesuatu yang menarik bagi anak. Contohnya, peran sebagai koki saat masak-masakan. Anak dapat diminta tanggapan saat masakan tidak jadi. Permainan ini dapat membantu anak dalam memahami emosi jika dihadapkan masalah.
- Bermain Flash Card
Flash card dapat berupa huruf, ekspresi wajah, penyusunan kegiatan, dsb. Kegiatannya dapat berupa tebak-tebakan ekspresi wajah, dan anak bisa kita minta untuk menebaknya. Kartu bergambar tersebut dapat melatih pemahaman emosi anak.
- Membaca
Bahan bacaan untuk anak perlu dipertimbangkan. Misalnya buku yang memiliki gambar orang menunjukkan emosinya. Anak dapat kita minta untuk mempraktekkan emosi yang ada di dalam buku. Selain dapat mengembangkan kemampuan kognitif, emosi anak juga akan dapat dikenali dengan mudah.
Dari kegiatan diatas sebenarnya masih banyak kegiatan yang dapat membantu anak dalam mengenali emosinya. Maka dari itu, kita perlu melakukan kegiatan yang berguna bagi perkembangan emosi anak. Kegiatan lainnya dapat dikreasikan bersama anak, agar mampu dapat mengenali emosi sehingga ia bisa mengelolanya dengan tepat.
Pengenalan emosi saat berpuasa sangat penting bagi anak. Perlu dilakukan latihan, agar anak terbiasa mengelola emosi saat berpuasa. Dan masih banyak cara untuk melatih anak untuk lebih mengenal emosi yang dihadapinya.
Oleh sebab itu, agar pemahaman Anda lebih lengkap tentang mengelola emosi anak. Yuk ikuti Live Instagram Session - Episode 2: Membersamai Anak Mengelola Emosi! Acara ini diselenggarakan Minggu, 17 April 2022, pukul 16.00 WIB. Pantau terus instagram kami di @sevensenselsc! (Fakhrii)
- Details
- By Fakhrii Hafidz
- Hits: 1740
Minggu (10/4), Live Instagram Session oleh Seven Sense LSC telah dimulai. Sesi ini memiliki beberapa episode tentang anak dan berpuasa.
Pada episode 1 membahas tentang mengajarkan anak berpuasa. Acara ini dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB. Sharing session disampaikan oleh Ade Siti Maryam., M.Psi., Psikolog.
Pembahasan dari live instagram ini adalah tentang masalah anak saat berpuasa, cara memberikan pemahaman kepada anak terkait puasa, tehnik melatih anak berpuasa, hingga cara menjelaskan tentang hukum puasa bagi yang tidak menjalankannya.
Menurut Ade, daerah pedesaan dengan corak masyarakat homogen, sehingga tantangan yang ada tidak terlalu beda pada tiap anak. Tantangan yang biasanya muncul adalah cara menjelaskan larangan makan saat pagi sampai siang, alasan diperbolehkan makan saat puasa, hingga kenapa ada sahur.
Untuk menjelaskan kepada anak tentang puasa sebaiknya dijelaskan secara konkret. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan gambar organ tubuh dan menjelaskan manfaat puasa, hingga cerita animasi tentang puasa.
“Umumnya dengan bertahap, ½, ¾ hari dulu. Pada anak usia KB (playgroup) 3-4 tahun dengan ¼ hari, dan anak TK selama ½ hari untuk puasa.” ujar Ade Siti Maryam Co-Founder Seven Sense LSC.
Modifikasi perilaku bisa dilakukan seperti token ekonomi lebih terencana dan membicarakannya dengan anak.
Pada hari pertama anak dapat diberi 1 bintang jika dapat menahan lapar sampai jam 10. Lalu, ditambah 1 bintang lagi jika anak sanggup puasa sampai dhuhur. Setelah itu, bintang yang terkumpul bisa ditukarkan dengan sesuatu, seperti mainan atau makanan.
Ade Siti Maryam menjelaskan guna mengisi kekosongan hari saat puasa perlu dilakukan aktivitas yang sesuai bakat dan minat anak. Kegiatan yang bisa dilakukan, misalnya anak berminat untuk bermain lego maka dapat diisi dengan membangun lego.
Jika ada orang lain yang tidak puasa atau warung buka pada bulan Ramadhan. Masalah itu dapat dijelaskan dengan perbedaan aturan maupun agama.
“Mereka yang tinggalnya di Jakarta ada aturannya atau di Papua ada aturannya. Kakak sekolah di SD A dan adik SD B, beda. Begitupun agama juga berbeda.” tambahnya.
Masih ada loh lanjutan dari acara ini. Anda bisa mengikuti lanjutan Live Instagram Session - Episode 2: Mengajarkan Anak Mengelola Emosi. Tentunya masih akan disampaikan oleh ahli dibidangnya. Pantau terus instagram kami @sevensenselsc, untuk mengikuti acara selanjutnya. (Fakhrii)
- Details
- By Fakhrii Hafidz
- Hits: 1772
Apakah Anda tahu seberapa penting anak dilatih puasa? Jika sudah, apakah Anda sudah paham bagaimana cara mengajar anak berpuasa?
Bulan Ramadhan tinggal hitungan hari, loh. Bulan yang ditunggu oleh mayoritas umat muslim seluruh dunia. Keberkahan memenuhi bulan kesembilan tahun Hijriyah ini. Maka dari itu, kita yang memeluk agama Islam harus bersiap untuk memperbaiki diri selama bulan penuh berkah ini.
Tak terkecuali anak, kita sebagai orang tua juga perlu melatih anak berpuasa. Mulai dari dibangunkan untuk sahur hingga menahan lapar sampai dhuhur berkumandang. Hal-hal seperti itu bisa membantu anak berpuasa sebelum ia memulai puasa sehari penuh, yaitu sekitar usia 6-7 tahun.
Bimbingan orang tua hingga lingkungan sekitar dapat membantu anak berlatih untuk puasa. Tak hanya itu, aktivitas ibadah lain seperti beramal, berbuat baik, hingga manajemen emosi anak, juga perlu dilatih sejak dini. Pasalnya, aktivitas tersebut dapat melatih anak untuk berbuat hal-hal baik hingga ia dewasa.
Bagi Anda yang memiliki anak atau yang hendak memiliki anak, perlu Anda ketahui pentingnya mengajar anak berpuasa atau berbuat kebaikan. Coba bayangkan, jika anak Anda rajin beribadah selama bulan puasa. Betapa bahagianya Anda sebagai orang tua. Anda memiliki anak yang sudah berlatih untuk beribadah kepada Tuhannya.
Maka dari itu, penting bagi Anda sebagai orang tua untuk mempersiapkan anak sebelum menuaikan ibadah puasa. Lalu bagaimana sih cara mengajarkan anak untuk berpuasa? Apa saja yang dibutuhkan untuk membantu anak dalam beribadah di bulan Ramadhan? Lantas bagaimana tips dan trik agar anak khusu’ dalam menunaikan ibadah selama bulan Ramadhan?
Anda dapat melatih dengan beberapa cara berikut:
- Menjelaskan tentang manfaat puasa. Langkah awal yang bisa Anda lakukan adalah dengan memberikan pemahaman kepada anak terkait pentingnya puasa. Misalnya, menjelaskan kepada anak bahwa puasa adalah salah satu Rukun Islam yang wajib dilaksanakan.
- Membangunkan anak sahur. Jadwal untuk membangunkan anak sahur dapat dilakukan setiap hari. Akan tetapi, jika anak merasa keberatan bisa dilakukan beberapa hari sekali.
- Melatih anak menahan lapar. Anda boleh melakukannya hanya sampai adzan dhuhur. Namun, jika anak Anda sanggup menahan lapar sampai maghrib, Anda dapat melatih anak untuk berpuasa sehari penuh.
- Memberikan reward. Anak akan sangat senang jika diberikan reward atau penghargaan. Penghargaan dapat diberikan berdasarkan barang, kegiatan, atau makanan yang disukai anak. Misalnya, anak berpuasa setengah hari dan atau sehari penuh, maka Anda dapat memberikan anak reward sesuai dengan lamanya anak berpuasa. Namun, hari pemberian reward dapat Anda lakukan secara acak.
Dari beberapa tips diatas, masih banyak loh yang perlu Anda pelajari untuk mengajar anak berpuasa. Seperti pengelolaan emosi pada anak, cara bersyukur, berbuat kebaikan, dan mengajarkan anak untuk memaafkan. Semua tema tersebut akan dibahas tuntas pada serangkaian live instagram session yang diadakan oleh Seven Sense LSC.
Live instagram session akan diadakan tiap hari Sabtu atau Minggu pada pukul 16.00 WIB. Bersama dengan narasumber psikolog dari Seven Sense LSC. Selain ilmu, Anda juga berkesempatan memenangkan give away. Oleh karena itu, nantikan acara kami dan pantau terus instagram @sevensenselsc untuk informasi menarik lainnya. (Fakhrii)