Kalau bicara dampak, tentu saja banyak dampak yang “menakutkan” dari teknologi yang ada sejauh ini. Bisa dari fisik, gangguan di area mata, obesitas, dsb. Dari segi psikologis, anak akan cenderung agresif (apabila bermain atau menonton yang sifatnya kekerasan), anak jadi cranky, moodnya terganggu, konsentrasi rendah, performa akademis menurun, anak juga minimal respon terhadap ekspresi emosi, karena ada emotikon, kurang kontak mata, dsb. ini semua bisa terjadi, apabila dalam menggunakan teknologi tidak ada batasanbatasan yang jelas atau aturan yang jelas.
Intinya, penggunaan teknologi itu sah-sah aja, asalkan kita sebagai orang tua dan pendidik mampu mendampingi dan membatasi anak-anak kita dengan aturan—aturan yang berlaku dalam menggunakan teknologi, sehingga teknologi yang sedang berkembang tidak membahayakan bagi anak, alias ramah anak.
PR besar bukan hanya di guru, ya bapak dan ibu. PR besar juga ada di pundak bapak ibu sekalian, karena jika kita berbicara tentang pendidikan sekolah itu hanyalah faktor pendukung saja, bapak dan ibu yang memainkan peranan penting atas berhasil atau tidaknya anak-anak bapak ibu. Sebenarnya, ada 2 pendekatan yang dapat dipakai oleh pendidik dalam menghadapi perkembangan teknologi, antara lain:
Pendekatan sistem
Apakah kita membatasi sistem/jaringan TIK nya, dengan memblokir akses konten dewasa, dsb? Lalu membatasi waktu aktif internet, dsb? Saya rasa, dengan kita melakukan pendekatan sistem ini, kita masih menggunakan asumsi kita sebagai digital immigrant. Efektif memang untuk jangka pendek. Namun tidak jangka panjang. Yang ada, anak penasaran, bener nggak buka di rumah, tapi dia cari-cari di luar rumah.. efeknya? Tentu lebih bahaya dong untuk anak-anak nantinya.
Pendekatan tingkah laku
Dalam menghadapi pesatnya perkembangan teknologi, tentu saja anak-anak kita membutuhkan perhatian dari kita orangtuanya. Orangtua diharapkan memberikan pengasuhan yang benar dan tepat. Orang tua milenial perlu mengenali karakteristik anakanak generasi Z dan Alpha. Oleh karena itu, agar kedua generasi ini menjadi generasi yang sukses di era teknologi 4.0 maka orang tua milenial perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
- Mengikuti perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi, agar orang tua memiliki bekal dan dapat membimbing anak-anak berinteraksi dengan internet secara cerdas dan sehat. Dengan kita memahami perkembangan teknologi, mudahmudahan kita bisa memberikan tayangan dan permainan sesuai dengan tahapan perkembangan anak-anak kita.
- Mengajarkan anak-anak bersosialisasi, agar sosio-emosioal mereka dapat berkembang dengan baik. Mengajarkan anak bersosialisasi ini sebenarnya tidak sulit, bapak ibu. Tapi, ini dibutuhkan komitmen yang besar dari orang tua, supaya proses ini menjadi budaya yang baik, bukan hanya situasional saja.
- Turut melatih dan mengembangkan aspek fisik-motorik anak. Mengembangkan aspek fisik motorik ini, bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan olahraga sederhana, seperti bersepeda, berenang, bermain bola, mencuci mobil bersama ayah, membuat kue bersama dengan ibu, dsb.
- Turut membekali anak-anak dengan nilai-nilai agama dan moral. Hal ini bertujuan supaya anak-anak paham terkait dengan koridor yang boleh ataupun yang tidak boleh ia lakukan berdasarkan norma agama yang kita anut masing-masing.
- Memainkan peran secara maksimal sebagai teman diskusi, tempat bertanya, dan tempat mencurahkan kasih sayang bagi anak. Orang tua bisa mengajak diskusi anak terkait apa yang sedang dilihatnya. Orang tua juga bisa menyediakan waktu luang untuk hadir dan terlibat bersama-sama anak, dan ortu bisa sama-sama membuat kesepakatan dengan anak, terkait waktu penggunaan gadget utarakan juga maksudnya apa ketika kita membatasi itu. INGAT! ANAK ZAMAN NOW ADALAH ANAK YANG KONKRIT DAN KRITIS, MEREKA PERLU TAHU ALASAN YANG JELAS KENAPA MEREKA TIDAK BOLEH MELAKUKAN SEBUAH HAL. Dengan menjelaskan secara detil, kemungkinan terbesarnya anak tidak lagi penasaran dan melakukannya secara diam-diam di belakang kita.
Dalam kesempatan ini, izinkan saya untuk kembali mengingatkan kepada bapak dan ibu sebagai orang tua ataupun pendidik, jangan lagi menyalahkan teknologi sebagai sebab utama perilaku anak kita begini begitu. Saya harus menekankan bahwa yang salah bukanlah teknologinya, karena teknologi hanyalah alat. Bukan juga perilaku anaknya, karena ada hal yang memediasi diantaranya, yaitu kita sebagai orang tua. Kita sebagai mediator diantara keduanya, apakah kita sendiri sudah siap menghadapi perkembangan teknologi, pergeseran era generasi, dsb? Pertanyaan penutup dari saya, sebagai bekal yang harus dipahami dan diendapkan kita sebagai ortu dan pendidik untuk menghadapi tantangan di era digitalisasi adalah apakah kita ingin: Membantu atau Melemahkan? Memperbaiki atau Memperburuk? Membiarkan atau Mempersiapkan?
Subscribe channel Seven Sense LSC agar tidak ketinggalan berbagai info menarik dan bermanfaat seputar psikologi.